Home Aparatur Wabup Aceh Tengah : Kita Orang Gayo tapi Bahasa Sehari Berbahasa Indonesia

Wabup Aceh Tengah : Kita Orang Gayo tapi Bahasa Sehari Berbahasa Indonesia

1000
0

Takengon – Gejala kepunahan bahasa Gayo semakin terasa seiring kemajuan tehnologi informasi dan perubahan jaman, tak ayal pengaruh tersebut juga mulai mengurangi jumlah penutur bahasa Gayo dikalangan generasi muda daerah ini.

Hal itu menjadi kekhawatiran tersendiri bagi Wakil Bupati (Wabup) Aceh Tengah H Firdaus SKM yang sempat mengutarakan terancamnya kelangsungan bahasa Gayo sebagai bahasa daerah di Kabupaten Aceh Tengah pada kegiatan memperingati hari kesehatan mulut dan gigi sedunia yang dilaksanakan di halaman MIN 9 Bebesen, Aceh Tengah, Selasa 20 Maret 2018.

“Kita orang Gayo tapi bahasa sehari-hari berbahasa Indonesia, dimana-mana kita lihat baik di sekolah hingga dikampung-kampung generasi muda daerah ini jarang sekali membiasakan diri dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Gayo. Ini suatu kekhawatiran jangan nanti suku Gayonya ada tapi bahasanya hilang,” ujar Wabup.

Firdaus mengatakan kedepan akan ada program dan perencanaan membuat suatu pilot project untuk menjaga kelestarian bahasa Gayo.

“Kita pikirkan bersama dimana nanti lokasinya, yang jelas di tempat tersebut  wajib menggunakan bahasa Gayo dalam berkomunikasi. Ini kita lakukan agar bahasa Gayo tidak punah apalagi pada generasi yang akan datang,” sebut Firdaus.

Dikutip dari Kompas.com (10/2/2018) sebanyak 11 bahasa daerah di Indonesia dinyatakan punah.

Bahasa daerah tersebut berasal dari Maluku, yaitu bahasa daerah Kajeli/Kayeli, Piru, Moksela, Palumata, Ternateno, Hukumina, Hoti, Serua, dan Nila serta bahasa Papua, yaitu Tandia dan Mawes.

Sementara bahasa yang kritis adalah bahasa Reta dari NTT, Saponi dari Papua, serata Ibo dan Meher dari Maluku.

Unesco pada 2009 juga mencatat sekitar 2.500 bahasa di dunia termasuk lebih dari 100 bahasa daerah di Indonesia terancam punah, sedangkan sebanyak 200 bahasa telah punah dalam 30 tahun terakhir dan 607 tidak aman. (Mika)