TANOHGAYO.COM, Takengon | Danau Lut Tawar (DLT) menjadi pusat objek wisata yang mengiurkan, pusat objek kunjungan wisata di Provinsi Aceh. Ribuan orang silih berganti mengitarinya, bermalam dan bercumbu dengan hawa dingin serta diselimuti embun pagi.
Akankah wajah Danau Lut Tawar semakin cantik atau berubah seumpama wanita tua yang kusut mulai ditinggal pecintanya nanti?.
Sekira pukul 06.0 WIB, embun pagi belum beranjak, matahari pun terlihat masih malu menunjukan jadi dirinya. Dengan sepeda motor, camera tahun buatan 2009 tersimpan rapi di tas kecil, tergantun dibahu, penulis menyingahi satu lokasi camping yang ramai disingahi wisatawan.
Menelusuri jalan sepuratan DLT, bekas KKA yang pernah mendapat sentuhan dari dana pinjaman asing sebesar Rp. 300 milyar lebih, yang kini mulai rusak.
Berhenti pada satu lokasi camping di dinggir danau, ada sekitar 75 tenda terpasang, diatasnya ada beberapa lampu disediakan pemilik lokasi. Jumlah kini semakinterus bertambah, seiringing banyaknya permintaan wisatawan. Tidak ada juga bangunan gedung permanen disana.
“Ini lokasi kami sewa bang, pengunjung bisa membawa tenda sendiri atau kami sediakan. Permintaan booking tenda tidak semua dapat kami penuhi,” kata Satria, pengelola lokasi wisata tenda camping, Sabtu (7 Mei 2022) lalu.
Ribuan orang saat libur panjang idul fitri tahun 2022 ini, memadati DLT dengan luas kira-kira 5.472 hektare dengan panjang 17 km dan lebar 3,219 km menjadi magnet wisatawan.
Tenda camping menjadi salah satu yang sangat diminati wisatawan karena banyak hotel, home stay yang penuh. Tenda camping menjadi alternatif tempat menginap sembari menjadi cara menikmati alam darangan tinggi tanoh Gayo.
Murah dan menyatu dengan alam Gayo, salah satu alasan memilih tenda camping ketimbang menginap di hotel.
Takengon sebagai destinasi wisata merupakan objek wisata lengkap. Di saat orang menyukai alam pengunungan namun ia juga dapat menikmati suasana pemandangan laut (laut dengan air yang tawar).
Membeludaknya kunjungan wisatawan, menjadi kekhawatiran tersendiri. Lahan seputaran danau banyak direklamasi, bangunan tanpa ijin berdiri tanpa pengawasan yang ketat. Tapi banyak event yang kemudian dipusatkan di seputaran DLT.
Sebut saja yang baru dilaksanakan di seputaran danau, Gayo Enduro, Aceh Cross Country dan Tour de Aceh dan direncakaan ada Tour de Lut Tawar.
Tour de Aceh mengambil rute mengeliling Danau Lut Tawar pada tanggal 13 sampai 15 Mei 2022. Ratusan biker mengikuti event tersebut. Namun fasilitas jalan belum pernah mendapat perbaikan, banyak kerusakan yang dapat menyebabkan kecelakaan bagi peserta Tour de Aceh.
“Kita harus mendukung event Tour de Aceh, dimana Aceh Tengah sebagai tuan rumah,” kata Jumadil Enka, Kepala Dinas Pariwisata Aceh Tengah.
Hal itu disampaikannya karena banyak sorotan di media sosial yang menyayangkan event Tour de Aceh dilaksanakan dinilai kurang persiapan yang dapat merugikan peserta maupun penduduk lokal.
Alih-alih ada perbaikan jalan, Tour de Aceh dianggap kurang persiapan, terlebih rencana mengelar Tour de Lut Tawar dengan anggaran dari Pemkab Aceh Tengah hanya Rp. 300 juta.
Tanpa pendanaan yang memadai serta perencanaan (blue print) pengelolaan, Danau Lut Tawar dapat menjadi bencana bagi wisatawan dan merusak destinasi wisata yang ada diseputaran danau.
Sejumlah aktifis dan pemerhati lingkungan pernah membentuk Forum Penyelamatan Danau Lut Tawar (FPDLT), yang diharap berperan besar mengontol kebijakan penyelamatan DLT. Namun lembaga itupun vakum.
Banyak orang berkoor-koor di media sosial atas keprihatinan terhadap nasib DLT, namun tidak bisa bersatu menjadi kekuatan besar yang mendorong ada kebijakan besar agar DLT tidak “diperkosa”.
Investor juga pernah melirik DLT dan mendekati pemerintah daerah untuk Pembangkit Listrik Tenaga Fotovoltaik Terapung maupun pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung. Meski belum jelas juntrungannnya, belum ada pemerhati yang menyampaikan pokok pikirannya.
DLT akankah tergurus oleh ulah tangan oknum, atau akan ada gerakan besar penyelamatan danau, atau DLT akan menjadi magnet besar tuk sumber pendapatan daerah ? (wyra)