Home Aparatur Nelayan Tuna Aceh Bertahan Masa Pandemi

Nelayan Tuna Aceh Bertahan Masa Pandemi

895
0
Masih pandemi , cuaca buruk dan gejolak harga nelayan memilih meremajakan perahu di Meurah Dua Pidie Jaya/Foto Agus RB

Aceh Besar, Tanohgayo.com – Sejak pandemi melanda nelayan tuna dan nelayan pada umumnya mengaku tertekan, selain produksi terbatas karena cuaca , harga jual pun di pasar lokal cenderung turun drastis.

Hal tersebut disampaikan Fikar (30), nelayan tuna pesisir pantai Kabupaten Pidie Jaya, Aceh.

Fikar mengatakan sebagian keluarga nelayan bertahan secara ekonomi, dan berharap hasil tangkapan kembali normal disertai harga jual yang lebih meningkat.

“Rata-rata tuna tagkapan nelayan, antara 50-60 kg, cuma yang berdampak selama Covid harganya turun di pasar lokal, minggu ini Rp 25 ribu/kg, sebelumnya Rp 45 ribu per kilogramnya,”jelas Fikar saat dihubungi lewat ponsel kepada Tanohgayo.com baru-baru ini.

Ikan tangkapan nelayan, tambah Fikar ditampung di TPI lokal Meureudu, Pidie Jaya , selanjutnya oleh usahawan lokal menjualnya ke pasar besar penampung tuna di pelabuhan besar provinsi Sumatera Utara untuk kebutuhan ekspor.

Menurut Fikar, aktifitas tempat pelelangan ikan TPI menerapkan protokol kesehatan, sama halnya dengan keluarga nelayan melakukan hal serupa demi menekan penyebaran Corona.

“Bantuan buat nelayan kurang tau, sosialisasi prokes ada dari gampong(desa), soal hindari kerumunan di pasar dan semua tempat ramai pasar termasuk TPI juga ada,”pungkas Fikar.
Ikan Gampang Didapat

Sementara, warga Kota Sabang, Aceh Teuku Taufik mengatakan secara umum untuk konsumsi ikan lokal mudah didapat, terutama di pasar lokal dengan harga terjangkau.
“Ada tuna, dan gampang di dapat di pajak (pasar) lokal,”kata Taufik.

Tuna sirip kuning tiba malam hari di pendaratan ikan TPI Pelabuhan Sabang, baru-baru ini/Foto Agus RB

Jasa Muge(Pedagang Keliling)

Akademisi Universitas Syiah Kuala DR. Adli Abdullah mengatakan, kondisi kesejahteraan nelayan selama pandemi diharapkan tetap menjadi perhatian pemerintah Aceh.

Adli menyarankan, guna menghindari kerumunan di lokasi-lokasi pendaratan ikan (TPI), sebaiknya jual beli nelayan menggunakan jasa muge (pedagang keliling) yang menjadi penghubung membawa ikan tangkapan dari perahu nelayan di perairan dengan konsumen di darat.

“Ada pilihan menggunakan muge menditribusikan ikan tangkapan nelayan ke darat, bisa langsung kepada konsumen rumahan atau pasar-pasar lokal,” jelas Adli.

Adli menilai selama pandemi pilihan menerapkan prokes dengan menghindari kerumunan di TPI salah satu cara nelayan, keluarganya dan konsumen terhindar dari Corona.

“Dalam pandangan saya kondisi nelayan stabil, mengingat kawasan perairan Aceh yang luas dengan sumber ikan yang cukup. Soal cegah Corona ya itu, hindari kerumunan di TPI sebab di laut sendiri , nelayan-nelayan tradisional berada di laut dengan kapal-kapalnya diawaki dengan jumah terbatas.”tambah Adli Abdullah.

Analis perikanan mengatakan, produksi tuna yang dihasilkan nelayan dan kapal-kapal berukuran menengah dijual keluar Aceh melalui usahawan lokal dan diekspor melalui pelabuhan besar di Sumatera Utara , sebagian lain dipasok ke pulau Jawa melalui moda transportasi darat lintas Sumatera-Jawa.

Tuna dan berbagai jenis ikan karang, jenis kerapu, tande , dencis kakap dll jadi konsumsi favorit warga Aceh, termasuk ikan dan udang budidaya di wilayah-wilayah pantai barat dan timur provinsi.

Perkembangan Kasus

Kasus-kasus probable di Aceh secara akumulasi, saat ini sebanyak 589 orang, 34 orang dalam penanganan tim medis (isolasi RS), 506 sudah selesai isolasi, dan 49 orang meninggal dunia.

Sedangkan jumlah kasus suspek di seluruh Aceh hari ini telah mencapai 4.283 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 4.064 orang sudah selesai masa pemantauan (selesai isolasi), 19 orang isolasi di rumah, selebihnya 200 orang dalam proses isolasi di rumah sakit. (Agus Rahmad B)

#PakaiMasker #JagaJarak #CuciTanganPakaiSabun adalah perilaku kunci minimalkan risiko tertular COVID-19. Disiplinkan diri, ingatkan orang lain. covid19.go.id