Takengon, tanohgayo.com-Salah satu makna dari tradisi munirin reje (memandikan raja dengan cara adat) bahwa selaku ulu rintah Kabupaten Aceh Tengah menyampaikan pertanggungjawaban kepada masyarakat mengenai tugas dan kewajiban selama satu tahun, sehingga di tahun berikutnya, dapat melanjutkan tugas dengan baik. “munirin reje, kami selaku ulu rintah menyawahen pertanggung jeweben ku masyarakat bebewene,” kata Shabela, Senin (17 Feb 2020) di halaman setdakab Aceh Tengah.
Pemulo : ini ku nahen ku kite murum murum si nge kami buaten si nge munge ni, lagu si i manat ni muyang datunte ku kite – “edung betetunung tali puter tige” (melaksanakan sesuai mandat undang-undang dan regulasi yang ada).
Keroa: nyawa ni ilmu ni akal, nyawa ni beberasan i kal, nyawa ni ume i patal (ini menggambarkan tentang setiap apa-apa yang dikerjakan sesuai dengan provorsi dan professional, segala yang sudah lakukan berdasarkan pertimbangan).
Ketulu : “akal kin pangkal kekire kin belenye” ini pe nge kami bueten lagu si nge kite engon hat inge” (setiap pekerjaan dan permasalahan yang telah dihadapi selesaikan dengan beragam tahap, (1) pikiran dan akal, (2) dana, (3) tenaga, dan apabila perlu (4) dengan mempertaruhkan nyawa jika dibutuhkan).
Keopat: “sabut timul, atu telam” mengekspresikan tentang kebenaran, suatu saat akan terbukti dan yang salah juga akan diketahui (komitmen yang berlandaskan agama).
Kelime : isi ara nangka si gere mugetah-si ara manusie sigere bersalah kecuali rasulullah urum nabi (ini merupakan amanah muyang datu suku Gayo kepada generasinya).
Keonom : “ini we singuk kami sawahen bit-pun sebeta, keta ike ara kase si kona tungki boh gelah cabange kin pemelahe”.
Selain dengan berbahasa Gayo. Bupati Aceh Tengah juga menyampaikan 7 (tujuh) prioritas pembangunan RPJM Kabupaten Aceh Tengah tahun 2017-2022:
1. Produktivitas, nilai tambah komoditi unggulan dan pariwisata. 2. Mutu pendidikan dan akses kesehatan. 3. Infrastruktur dasar terintegrasi. 4. Pembangunan kampung dan kualitas tenaga kerja. 5. Reformasi birokrasi. 6. Keshalehan masyarakat, sosial dan budaya. 7. Sumberdaya alam yang berkelanjutan.
Arah kebijakan tahunan RPJMK Aceh Tengah tahun 2017-2022: Tahun pertama diarahkan pada peningkatan perekonomian masyarakat yang mandiri dan berdaya saing serta SDM yang berkualitas dan berkarakter.
- Tahun kedua diarahkan pada “pembangunan infrastruktur dasar yang terintegrasi berkelanjutan yang didukung tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih.
- Tahun ketiga diarahkan pada “penuntasan pembangunan infrastruktur dasar untuk percepatan pembangunan kampung mandiri dan kampung cerdas (smart village)”
- Tahun keempat diarahkan pada “mengoptimalkan pelayanan prima serta pelestarian adat istiadat dan lingkungan hidup”.
- Tahun kelima diarahkan pada “keberlanjutan pembangunan infrastruktur, SDM, adat istiadat dan lingkungan hidup serta pelayanan prima menuju Aceh Tengah yang damai, cerdas, religius dan bermartabat.”
Shabela dihadapan seribuan masyarakat Aceh Tengah, dari beberapa unsur masyarakat serta Majelis Adat Gayo (MAG), di halaman setdakab memaparkan misi yang dijalankan.
Misi 1: mewujudkan perekonomian masyarakat yang mandiri dan berdaya saing. Secara umum telah mencapai target yang ditetapkan dalam RPJMK tahun 2017-2022, berkurangnya angka pengangguran terbuka, bertambahnya jumlah UMKM, meningkatnya produktivitas sektor pertanian, meningkatnya kunjungan wisata di Kabupaten Aceh Tengah.
“Namun disisi lain masih ada yang belum mencapai target seperti pendapatan perkapita yang masih di bawah provinsi, karena kontribusi nilai tambah hasil pertanian masih belum optimal,”ungkap Shabela.
Misi 2: mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas dan berkarakter, pelaksanaan secara umum juga mencapai target yang ditetapkan dalam RPJMK tahun 2017-2022, yaitu dengan meningkatnya angka harapan hidup masyarakat, menurunnya persentase stunting dari 59,30% menjadi 13,80% pada tahun 2019, meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan dan pendidikan.
“Yang belum mencapai target diantaranya, distribusi tenaga kesehatan dan tenaga pendidikan yang belum merata, kompetensi SDM bidang kesehatan dan pendidikan yang belum sesuai standar serta sebaran penduduk yang belum merata,” kata Shabela.
Misi 3: mewujudkan percepatan pembangunan kampung yang mandiri, pelaksanaan. Secara 10 umum telah mencapai target RPJM tahun 2017-2022, bahkan target kampung marwah yang ditargetkan sebanyak 14 kampung pada tahun 2019 dapat terealisasi sebanyak 16 kampung. Akan tetapi pelaksanaannya masih memerlukan peningkatan kinerja terutama dalam peningkatan daya saing produk unggulan kampung.
Misi 4: mewujudkan infrastruktur dasar yang terintegrasi dan berkelanjutan. Pelaksanaan yang telah mencapai target RPJM tahun 2017-2022 antara lain, peningkatan kondisi jalan dalam kondisi baik sebesar 49,99%, rumah tangga berakses air minum layak menjadi 46.196, rumah tangga berakses sanitasi layak menjadi 6.462 RT. Rehabilitasi jaringan irigasi dengan luas 4.275 ha, peningkatan volume sampah terangkut sebesar 11.141,75 ton/tahun, peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana perhubungan darat.
Shabela menyebut, masih terdapat kendala, antara lain luasnya wilayah penanganan infrastruktur, kondisi topografi yang berbukit dan berlembah menyebabkan tingginya resiko daya rusak air, persebaran penduduk yang tidak merata, pengelolaan persampahan terutama daya tampung TPA sanitary land fill serta akses air minum melalui saluran non perpipaan yang masih cukup besar sehingga berpengaruh pada tingginya angka kemiskinan di Kabupaten Aceh Tengah.
Misi 5: mewujudkan pelestarian adat istiadat dan lingkungan hidup. Terindikasi adanya peningkatan penyelenggaraan event adat dan budaya seperti munik ni reje, munyerah ni anak ku tengku guru, tingok sino, penggunaan motif kerawang Gayo pada acara resmi kepemerintahan di dalam dan di luar daerah, dan pagelaran seni budaya lainnya.
Selain itu juga terdapat pengakuan warisan budaya tak benda (WBTB) yaitu Tari Sining dari Kementerian Hukum dan HAM RI.
Misi 6: mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik dan bersih. Secara umum telah mencapai target yang ditetapkan pada RPJM tahun ke-2, antara lain, peningkatan kinerja perangkat daerah yang melakukan pelayanan publik dengan memperoleh penghargaan Menteri Pendayaan Aparatur Negara berkategori “baik”. Meningkatnya kinerja perencanaan pembangunan daerah dengan memperoleh penghargaan AMI Award 2019 peringkat 6 terbaik se-Aceh.
Meningkatnya kualitas pelayanan perpustakaan dengan penghargaan perpustakaan inklusif terbaik tahun 2019 dan pada tahun 2018 masih dapat mempertahan opini WTP dari BPK. “Namun masih terdapat hal- hal yang belum mencapai target reformasi birokrasi seperti penggunaan sistem informasi kepemerintahan yang terintegrasi baik di jajaran pemerintahan maupun pelayanan publik dan bisnis,” ungkap Shabela.
Misi 7: mewujudkan kedamaian, kecerdasan spiritual dan keshalehan. Secara umum telah sesuai dengan yang ditargetkan dalam RPJM tahun 2017-2022, yang berindikasi pada meningkatnya kegiatan ibadah sosial berupa realisasi zishaq pada tahun 2019 mencapai Rp. 17,8 milyar, meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana ibadah. Semakin meningkatnya peran forum kerukunan umat beragama (FKUB) dan forum 14 kewaspadaan dini masyarakat (FKDM) dalam upaya pencegahan konflik sosial masyarakat dan cepat tanggap penanganan kebencanaan.
Misi 8: mewujudkan ketahanan pangan. Pencapaian target didukung oleh pelaksanaan kegiatan cetak sawah baru, diversifikasi pangan lokal, bantuan pangan non tunai, bantuan raskin, meningkatnya kawasan rumah lestari pangan (KRPL) dan perbaikan sarana prasarana produk tanaman pangan. Namun kendala dalam pencapaian target misi 8 berkaitan kewenangan penyelenggaraan /pengadaan bahan pokok penting (Bapokting) yang bukan merupakan kewenangan kabupaten dan tidak adanya potensi pengembangan sawah sehingga sulit mencapai swasembada beras.
“Hadirin sudere si berbahagie ama urum ine sudere sudere bebewene ari uken urum toa ari bur urum paluh si ara i belang ni maupun si masyarakat bewene i Acih Tengah ni, ike sawah ku tauk, keta ku tauki ike gere sawah kutauk keta kutatangan jejariku sisepuluh ken ganti ni batil tembege, asal mulo e cico ni manuk cico ni manuk selangkan terang nge sawah waktu nge tenes ketike nge genap sarat nge tumung pakat nge ara ijin ari Tuhen kite nge murum i belang lapangangen setdakab ni lo si serloni, tar bilangen si jeroh rum ketike si bise urum rahmat Allah SWT nguk murum-murum kite wan sara acara, pertanggungjeweben kinerja ulu rintah Kabupaten Aceh Tengah teniron ni kite bebewene reje kire siadile rakyat simakmure masyarakat Gayo simusarae, kami selaku ulu rintah buge nguk kin daling kolak seserennen ulung rubu, kin pelongohen ku atas nguk kin tudung ku tuyuh, nguk kin tungkelen gelep nguk kin suluh uren nguk kin payung, ike tenironni itik kul kire waih ike tenironni kedih muah kire kayu, ike tenironni koro enti naeh ara siut ike tenironni manuk enti ara terpel, ike tenironni iken enti ara naeh tube ike teniron ni depik urum kawan enti ara illegal fishing, ike teniron ni akang urum noang enti ara illegal hunting ike teniron kedih urum imo enti naeh ara illegal loging, ama ine urum sudere bewenne rata kati musampe kire angan kasad ni nge kami kire ku jejari si sepuluh nge kami bilang ku rerang siwaluh, nge kami tangaki ku atas nge kami tungkuki ku tuyuh, nge kami tulak urum kayu cabang nge kami ikot urum tali naru, nge kami rampat urum purih pitu nge kami baca kiteb nge kami uke buku, kite turah murum sara ama kite turah murum sara ine kunulte turah sara duk ratipte turah sara anguk nyawante turah sara peluk sinte murip keta kite bersikeberen, sinte mate keta kite bersientongen kati nguk masyarakat Gayo mulawi kati nguk masyarakat Gayo mutuah bahgie, kati enti masyarakat Gayo ken penengkip kati enti masyarakat Gayo ken penggenap, ama ine rum sudere bebewene ike ku baur murum-murum kite munangkok iku ku paluh ket murum murum kite ngilih, oya gere naeh tertungkah oya gere naeh terdewe murip te turah ikanung edet matente turah ikanung ukum, inget atur resam peraturen, inget ari siopat atur ari sipitu, resam ari siempat belas peraturen ari reje oya nge jelas wani edet, nge terang wani ukum akhire kami sawahen ike iwani belang kite tunung bekas ike iwani uten rime kite tunung lewas, enti naeh kite lale kolakan renye langkah narun renye jangkang kite susunmi bang belo kati enti surang saring, kite bacaran bang pora kati enti kite taring engon renye langkah tetah renye ketike urum-urum kite berkekede tir kite uwet lanih kite nume kati dele enguk kite rike, kite berdoa ku Allah SWT jarak sekalien bele, tawar sekalien bise berijin Bupati Aceh Tengah selaku ulu rintah,” demikian pidato dari Drs. Shabela Abubakar dalam rangka penyampaian pertangungjawaban sebagai ulu rintah di Kabupaten Aceh Tengah usai mengikuti proses memandikan raja.
Apa yang disampaikan Shabela dalam rangkaian adat muniren reje tersebut merupakan pertangungjawab satu tahun terkahir. “Kita akan melengkapi apaapa yang perlu dilakukan. Terhadap kinerja biar masyarakat yang menilai. Rasa memiliki harus ada. Yang kurang dalam misi akan dilanjutkan dengan kinerja yang baik. Dan kekurangan selama ini juga kita sampaikan,” kata Shabela kepada awak media usai upacara tersebut.***